Sabtu, 16 Oktober 2010

Epistemololgi

Salah satu cabang filsafat yang jumlah pembahasannya hampir mencakup isi keseluruhan filsafat itu sendiri adalah epistemologi. Sebab, filsafat adalah refleksi, dan setiap refleksi selalu bersifat kritis, maka tidak mungkin seorang memiliki suatu metafisika, yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika, atau psikologi, yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi.
Ini dapat dilihat dari cakupan epistemologi yang meliputi hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validitas, unsur, macam, tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban, dan skope pengetahuan. Jadi, hal ini dapat juga dikatakan bahwa epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu dan bagaimana memperolehnya.


Diskursus tentang epistemologi dikalangan para intelektual Islam maupun Barat pada abad modern ini, seiring lajunya perkembangan science di Barat, menjadi daya tarik tersendiri untuk dikaji dan dikupas tuntas. Sebab, hal ini memunculkan polemik radikal di kalangan mereka tentang, apakah ilmu itu bebas nilai (free value) atau sarat dengan nilai (by product) ?. Pangkal utama polemik tersebut adalah teori ilmu yang berkembang menunjukkan telah terjadi perceraian antara ilmu dan agama.
Fakta yang terjadi yaitu, ilmu yang berkembang di Barat telah mengakibatkan munculnya berbagai aliran pemikiran/ideologi yang menentang agama Kristen dan Yahudi yang dominan di Barat. Sebagai dampaknya, sebagaimana yang dikatakan oleh Leopold Weis bahwa ‘Barat tidaklah menentang Tuhan secara sewenang-wenang dan terang-terangan, akan tetapi jika dilihat dalam cara berfikirnya sedikitpun tidak menunjukkan bahwa mereka butuh akan Tuhan ataupun tahu akan nilai Tuhan yang sebenarnya’.

Cara berfikir seperti ini kemudian dikembangkan oleh banyak intelektual muslim di dunia Islam dalam mengkaji Islam dengan pisau analisa epistemologi Barat yang cendrung menafikan yang transenden. Mengapa hal itu terjadi ?, sebab bagi mereka, Barat sebagai lambang kemajuan ilmu pengetahuan (science dan teknology) di abad ini. Jadi, menurut mereka kalau ingin maju, maka tirulah Barat dengan mengadopsi segala apa yang dari Barat, termasuk dalam persoalan memahami agama. Meski demikian, ada sebagian dari kalangan intelektual Islam yang masih tetap komitmen untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip epistemologi Islam serta melakukan pengembangan dengan prinsip-prinsip tersebut.
Berdasarkan fakta dan data yang telah kami paparkan di atas, hal itu menunjukkan bahwa epistemologi Barat memang problematik. Ini terbukti melalui prinsip-prinsip epistemologi Barat yang berdasarkan kepada worldview mereka yang jauh dari nilai-nilai Agama. Sehingga ilmu yang berkembang di Barat adalah ilmu-ilmu yang jauh dari moralitas, hanya berorientasi pada aspek fisik dan menafikan yang metafisik.

Untuk itu, makalah ini akan mencoba untuk mengurai permasalahan yang berkaitan dengan epistemologi yang akan difokuskan pada prinsip-prinsip epistemologis yang meliputi makna ilmu, objek pengetahuan, sumber pengetahuan, validitas ilmu, serta cara-cara mendapatkan dan mengamalkan setiap ilmu itu dengan benar. Sebelum mengupas tuntas masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip epistemologi Islam dan Barat, terlebih dahulu akan dibahas mengenai epistemologi itu sendiri sebagai bagian dari cabang filsafat. Sehingga diharapkan akan mendapatkan pemahaman yang holistik. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh para ahli ilmu bahwa seseorang tidak akan memahami sesuatu hal yang spesifik, jika belum mamahami sesuatu yang bersifat umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar