Senin, 05 Desember 2011

Model Pembelajaran Tematik
A.    Pendahuluan
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat mengamati, dan memahami sesuatu. Oleh Karena itu proses pembelajaran yang terangkum dalam suatu wadah pendidikan diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas masyarakat.[1]

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.
Salah satu masalah  pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari hasil rata-rata belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat meprihatinkan.[2] Oleh karena itu perlu adanya sebuah model pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan, terkhusus kepada peserta didik secara holistik, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien yang mengena pada tujuan yang diharapkan.[3]
Pembelajaran holistik merupakan pembelajaran menyeluruh yang melihat suatu fenomena alam atau sosial dari berbagai sudut pandang. pelaksanaan pembelajaran ini mengintegrasikan semua mata pelajaran dalam satu kegiatan (proyek) dengan mengangkat tema aktual tertentu. Pembelajaran yang berpusat pada kepentingan siswa, kecakapan hidup (skill life), serta kenyamanan siswa.
Melalui model pembelajaran tematik ini, rasa ingin tahu anak akan terpupuk, motivasi belajar tumbuh dan secara bertahap anak akan menemukan sendiri definisi dan teori-teori sederhana sehingga mereka dapat mengeksplorasi segenap potensi yang mereka miliki. Inilah penerapan konsep belajar konstruktivis untuk mengantarkan anak menjadi calon-calon penemu ulung.
Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang keberagaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologi lainnya. Selain dasar pemikiran tersebut, keragaman model pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model pembeljaran tertentu.[4]
Untuk itu makalah ini mencoba mengurai permasalah yang berkaitan tentang model-model pembelajaran dalam meningkat kualitas pendidikan, yang akan difokuskan kepada model pembelajaran tematik sebagai metode yang efektif dalam proses belajar mengajar. Oleh karenanya dalam makalah ini akan diurai tentang pengertian, landasan, urgensi, karakteristik, rambu- rambu, ruang lingkup, impelementasi dan cara merancang pembelajaran tematik.

B.     Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.[5] Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Hiburan” dapat ditinjau dari mata pelajaran, seperti IPS, IPA, Bahasa Indonesia, Matematika. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.[6]

C.    Landasan Pembelajaran Tematik
Dalam setiap pelaksanaan  pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, seorang guru harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran itu pada dasarnya merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku, juga selalu membutuhkan landasan-landasan yang kuat  dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam. Pembelajaran tematik memiliki posisi dan potensi yang sangat strategisdalam keberhasilan proses pendidikan di sekolah dasar. Dengan posisi seperti itu, maka dalam pembelajaran tematik dibutuhkan berbagai landasan yang kokoh dan kuat serta harus diperhatikan oelh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasilnya. Landasan-landasan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.
  1. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
  2. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.[7]
  3. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).[8]
D.    Pentingnya pembelajaran Tematik Untuk Murid Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

E.     Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik  sebagai berikut[9]:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

F.     Rambu- rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanan pembelajaran tematik yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut;
  1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
  2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
  3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
  4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
  5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
  6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat.
G.    Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I,II, III Sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan.

H.    Implementasi Pembelajaran Tematik
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberap jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada setiap mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Berkenaan dengan perencanaan pembelajaran tematik, hal pertama yang harus mendapat perhatian guru di Sekolah Dasar, yaitu kejelian dalam mengiidentifikasi SK/KD dan menetapkan indicator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami betul keandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indicator tersebut sebelum dilakuakan pemaduan-pemaduan. Penerapan sistem guru kelas di Sekolah Dasar, dimana guru lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indikator antar mata pelajaran.
Dalam merancang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memerhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak. Cara ini biasanya dilakukan untuk kelas-kelas awal sekolah (I dan II).
Kedua, dimulai dengan mengidetifikasi kompetensi dasar dari  beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan tema penetapan tema pemersatu. Dengan demikian tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar  dan indicator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajranpada salah satu mata pelajran yang dianggap dapat mempersatukan beberpa kompetensi dasar pada beberpa mata peljaran yang akan dipadukan. Cara ini dilakukan untuk jenjang Sekolah Dasar kelas III s.d VI
Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencaan pelaksanaan pembelajaran tematik meemerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil dengan baik.[10] Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran tematik, yaitu (1) memilih tema, (2) mengorganisir tema, (3) mengumpulkan bahan dan sumber, (4) merancang kegiatan dan proyek, dan (5) mengimplementasikan satuan pelajaran.[11]

1.Memilih Tema
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Dalam upaya memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya dari tema yang disajikan, seorang siswa harus diberi kesempatan untuk berinteraksi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Demikian pula halnya dengan guru, pemahaman guru terhadap jenis pengetahuan itu sendiri haruslah dimiliki agar penyampaiannya bisa dilakukan secara tepat.
Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan siswa, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata.
2. Mengorganisasikan Tema
Pengorganisasian tema dilakukan dengan menggunakan jaringan topik, seperti contoh berikut ini.
3.Mengumpulkan Bahan dan Sumber
Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran berdasarkan buku paket tidak hanya dalam mendesain, melainkan juga berbagai bahan yang digunakan. Inilah beberapa sumber:
a. Sumber-sumber yang tercetak
b. Sumber-sumber visual
c. Sumber-sumber literature
d. Artifak
4.Mendesain Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah tahap persiapan dilakukan, maka selanjutnya akan dipaparkan tahap pelaksanaan pembalajaran terpadu.
Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :
a.Kegiatan Pendahuluan / awal
Pada tahap ini dapat dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan dan menyanyi.
b.Kegiatan inti
Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis hitung. Penyajian bahan pembelajaran dialakukan dengan menggunakan strategi / metode yang bervariasi dan dapat dilakuakn secara klaksikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c.Kegiatan penutup
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomime, pesan-pesan moral, musik / apresiasi music
5.Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik.
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :
a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
b. Implikasi bagi siswa
1.Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya yang dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.
2.Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana,sumber balajar dan media.
1.Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai prasarana dan prasarana belajar,
2.Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain secara
khusus maupun yang tersedia dilingkungan,
3.Pembeajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi dan
4.Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi. 
d. Implikasi terhadap pengaturan ruangan.
1.Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan.
2.Susunan bangku bisa berubah-ubah.
3.Perta didik tidak harus selalu harya duduk dikursi, tetapi dapat duduk ditikar atu dikarpet.
4.Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diruangan.
5.Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
6.Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik. 
e. Implikasi terhadap pemilihan metode
Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.[12]


DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010.
B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar, Jakarta: Puskur Balitbang, 2006.
Anshori, Isa, Perencanaan Sistem Pembelajaran, Sidoarjo: Umsida Press, 2009.
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
______, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Impementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
http://jeperis.blogspot.com/2007/06/pembelajaran-tematik.html.
http://srihendrawati.blogspot.com/2009/10/artikel-pembelajaran-tematik.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar/



[1]Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.1.
[2]Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.1.
[3] Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.1.
[4] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010),h. 172.
[5] Merancang Kegiatan Pembelajaran, Lihat: Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 112-119.
[6] Rusman, op.cit., h. 254.
[7]  Cara Menghadapi murid harus sesuai dengan psikologi mereka. Lihat: Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.87.
[8] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Impementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 4.
[9] Rusman, op.cit., h.258.
[10] Tujuan rencana sistem pembelajaran adalah agar proses kegiatan belajar mengajar terencana secara sistematis sehingga dalam proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dan dievaluasi secara efektif dan efisien. Lihat: Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, (Sidoarjo: Umsida Press, 2009), h.2.
[11] Selain cara merancang pembelejaran Tamatik, dijelaskan juga tentang “7 cara dahsyat memberi muatan lebih pada pembelajaran Tematik” Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar, (Jakarta: Puskur Balitbang, 2006). Lihat:  http://jeperis.blogspot.com/2007/06/pembelajaran-tematik.html.
[12] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Impementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.117-130.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar